BNPB prediksi angka bencana 2016 akan terus bertambah
Foto udara kondisi rumah warga yang tergenang banjir di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, pada 26 Oktober 2016. Foto oleh Adiwinata Solihin/Antara
JAKARTA, Indonesia — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan 2016 sebagai tahun bencana. Selama 10 tahun terakhir, jumlah bencana alam yang melanda Indonesia belum pernah sebanyak tahun ini.
Hingga 11 November, BNPB mencatat telah terjadi 1985 kejadian sepanjang 2016.
"Jumlah ini akan masih terus bertambah karena curah hujan akan terus meningkat selama bulan November hingga Desember, sehingga kejadian banjir, longsor, dan puting beliung diprediksi akan terus terjadi di berbagai wilayah," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui siaran pers pada Minggu, 14 November.
Jumlah tersebut belum final, mengingat masih ada kejadian di daerah yang mungkin belum dilaporkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Bagaimanapun juga, rekor tertinggi telah dipecahkan.
Memang belakangan ini sejumlah daerah seperti Bandung, Sampang, Garut, hingga Jakarta tengah diterpa bencana longsor dan banjir. Selain cuaca, rupanya ada unsur kerusakan lingkungan yang membuat keadaan makin memburuk.
TREN BENCANA. BNPB menetapkan 2016 sbagai tahun dengan angka bencana tertinggi dalam 10 tahun terakhir.
"Tingginya curah hujan akibat pengaruh dari La Nina lemah, menguatnya Dipole Mode negatif dan hangatnya perairan muka air laut di sekitar Indonesia telah menyebabkan meningkatnya banjir, longsor dan puting beliung," kata Sutopo.
Faktor lingkungan dipengaruhi luasnya daerah aliran sungai yang kritis, kerusakan lingkungan, degradasi sungai, tingginya kerentanan, dan masih terbatasnya mitigasi struktural dan non struktural di masyarakat menyebabkan bencana terus meningkat. Jutaan jiwa masyarakat tinggal di daerah-daerah rawan bencana.
Ada 64 juta jiwa masyarakat yang terpapar dari bahaya banjir dengan intensitas sedang hingga tinggi. Begitu juga dengan longsor, ada 40,9 juta jiwa masyarakat yang terpapar oleh bahaya longsor sedang hingga tinggi. Mereka tinggal di zona merah dengan kemampuan mitigasi yang masih terbatas sehingga saat terjadi hujan sebagai pemicu maka terjadi bencana.
Bagi daerah rawan, tindakan mitigasi yang dapat dilakukan adalah pembuatan tanggul penahan. Selain itu, zona merah juga sebaiknya tidak dijadikan pemukiman penduduk maupun fasilitas umum.
"Perlu juga penghijauan dan sistem drainase yang tepat," kata Sutopo.—Rappler.com
Ayo langganan Indonesia wRap