‘Two lakh’ untuk sang penyelundup
Seorang pengungsi asal Bangladesh sedang dirawat di tempat pengungsian Kuala Langsa, Aceh Utara, 16 Mei 2015. Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler
KUALA LANGSA, Indonesia — Berapa jumlah uang yang harus dibayarkan para pengungsi ini kepada seorang penyelundup manusia?
Pertanyaan itu menjadi keramat beberapa hari ini setelah ratusan pengungsi asal Bangladesh dan Myanmar terdampar Pelabuhan Kuala Langsa, Aceh Utara, Minggu pekan lalu.
Rinku Islam, 21 tahun, seorang pengungsi asal Bangladesh mengaku harus membayar "two lakh" kepada seorang dalal, atau penyelundup manusia.
Jika diterjemahkan, two lakh sama dengan 200.000 rupee India, atau sekitar 3.150 dolar Amerika Serikat. Jika dikonversi di Indonesia menjadi sekitar Rp 41 juta.
Jumlah yang sama juga disetorkan Sojib, rekan Rinku, pada seorang dalal. Mereka harus mengumpulkan duit tersebut sebelum dalal memperbolehkan mereka untuk masuk ke perahu bersama rombongan yang lain.
Namun jumlah ini tak bisa dijadikan patokan.
Rukiya Hatul, 20 tahun, pengungsi asal Myanmar harus membayar 6.000 ringgit Malaysia agar bisa menyeberang ke Malaysia. “Six thousand, seven thousand Ringgit Melayu,” katanya pada Rappler, Sabtu, 16 Mei, di tempat pengungsian Kuala Langsa.
Jumlah 6.000 ringgit Malaysia jika dikonversi menjadi 1.680 dolar AS atau Rp 22 juta.
Sejumlah uang yang dibayarkan itu tidak untuk satu rombongan, melainkan satu orang. “One man, two lakh,” kata Rinku.
Rukiya juga membenarkan bahwa jumlah uang yang dibayarkan tidak sama, tergantung siapa penyelundupnya, dan itu hanya berlaku untuk satu orang.
Lalu siapa yang menerima duit tersebut?
Para pengungsi Bangladesh terkapar karena kelelahan di kamp Kuala Langsa, Aceh Utara, 16 Mei 2015. Mereka telah menempuh perjalanan selama 3 bulan dari Bangladesh ke Indonesia lewat jalur laut. Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler
Rukiyah mengaku tak ingat siapa nama dalal yang merekrutnya. Tapi Rinku dan Sojib ingat betul, mereka menyetor duit itu pada seorang dalal bernama Imran Abdurrahman.
Tidak jelas siapa Imran. Rinku mengaku tak mengenal siapa Imran. Menurutnya, ia hanya didatangi oleh rekan si penyelundup dan dijanjikan akan bekerja di Malaysia. Tapi mereka harus membayar mahar dulu untuk menyeberang.
Terbelit kemiskinan di negeri asalnya, Rinku menyetujui untuk membayar sejumlah uang itu. Tanpa cek dan ricek pun Rinku memberikan sejumlah uang yang disyaratkan oleh Imran dan anak buahnya.
(BACA: Pengungsi Bangladesh: No job in my country)
Setelah uang diberikan, Imran pun menelepon dan menyerahkan Rinku serta Sojib ke kapten kapal.
Lalu mereka menempuh rute perjalanan Bangladesh-Thailand-Malaysia. Namun rencana berubah. Di tengah laut, mereka malah tersapu ombak ke perairan Indonesia karena mesin perahu mati.
Paket setengah perjalanan
Rinku menyebut, di tengah perjalanan, sang kapten kapal tiba-tiba pamit. Penumpang ditelantarakan begitu saja.
Lalu mesin mati, dan tak ada makanan serta minuman. Hingga mereka bertemu dengan anggota TNI AL di tengah laut. Tapi satuan itu pun tidak banyak membantu.
Setelah terombang-ambing selama berhari-hari, akhirnya nelayan di perairan sekitar menyelamatkan mereka. Rinku dan Sojib sampai di daratan.
Perjalanan mereka sudah selesai. Tapi keduanya tak mendarat di Malaysia seperti yang dijanjikan Imran, melainkan di tengah perjalanan, di Kuala Langsa. —Rappler.com
Subscribe to Indonesia English wRap